CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Saturday, March 26, 2011

H.E.A.R.T ~


~ Guide me Ya Allah ~
 

I lean this burden, to the wing of night,
 Soothing my mind,
Counting for the little stars,
And looking at the big yellow moon with silvery light,
Hoping for the serene, be there to accompany me...


I gasping so many times,
Throwing away all the predicament,
As far as I can,
The mess that always makes me drowning,
Even I know I can't,


I close my eyes,
Hope it will be vanished and fly away,
Like a dream...
But it's too hard,
Guilty and frustrated
Chasing me along the way,
Grab my lonely and empty heart,
Never let me escape,


I feel so tired,
To face it all,
 My himmah like hiding away,
Behind the fog of zulumat,
It's so hard to keep this heart and soul,
 Pure and beauty..
As pure as a white roses,
And
As beauty as a bunch of red roses,
In a garden of Iman...


I'm talking to myself,
Crying in my heart,
'Oh Allah! I'm the prisoner'
In the cage of sin
Dear Allah Almighty
My Creator...
Forgive me when I whine,
Forgive me when I'm ungrateful,
Forgive me when I disobey You,
Forgive me when I'm being bad,


Oh Allah..~
 Lead me to the light,
Lead me to the right path,
Shower me with Your Taufiq,
Enlighten me with Your Words,
Remind me with all the beautiful Verses and Tarbiyyah,
So that I have a chance to be a good and true Muslim,
And strong enough to face all the mehnah,
And this faith of mine will be there still,
In Jannatul Firdaus... 
FOREVER~  




~Hamba illahi~
4.10 a.m
26 March 2011
L5, K14, UPM

~H.E.A.R.T~


Friday, March 25, 2011

Mus'ab Ibn Umair ; Sufara' lil Islam Pertama

Bismillahirrahmanirrahim...

Hari ini mahu berkongsi, berbekal semangat dan inspirasi anak muda, mari kita bersama renung sejenak kisah sufara' Islam (duta Islam) ini. Kisah anak muda, zaman Rasulullah ...      

     
                 As-syahid yang berlumur darah dan terkubur di tanah Uhud, kakinya ditutupi rumput-rumput harum, badannya hanya ditutupi sepetak kain wool yang tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Seseorang itu dulunya adalah anak kesayangan ibunya, diberi pakaian paling mahal. Harum perfumenya menyebar ketika dia berjalan. Dialah dulunya yang menjadi pembicaraan wanita-wanita Makkah, dan idola teman-temannya. Dialah seorang pemuda paling popular di kalangan kaum muda Quraish. Pemuda itu meninggalkan semua hal keduniaan itu untuk pergi memenuhi panggilan Allah dan mencari ridhaNya. Pemuda itu ialah Mus’ab bin Umair bin Hashim bin Abd Munaf atau yang dikenal sebagai Mus’ab al Khair.

                    Mus’ab yang saat itu masih muda mendengar tentang munculnya seorang nabi terpilih di kalangan kaum Quraisy. Seorang nabi yang membaca ajaran tauhid. Didorong oleh rasa ingin tahunya yang besar, maka Mus’ab pun pergi menemui Nabi SAW untuk mendengar sendiri ajaran yang dibawa oleh baginda. Suatu malam, Mus’ab memutuskan untuk pergi ke rumah Al-Arqaam Ibn Al-Arqam  yang kemudian dikenal dengan Daar al Arqaam di kalangan muslim, meninggalkan teman-temannya yang sedang berkumpul. Di sinilah Mus’ab bertemu dengan Nabi SAW dan muslim-muslim lainnya ketika itu, tanpa diketahui oleh orang-orang Quraish. Di sinilah dimana Mus’ab mendengar Rasulullah berbicara tentang masa depan Islam, mendengar ayat-ayat quran dan solat di belakang Rasulullah SAW. Malam itu, Mus’ab duduk bersama muslim lainnya, mendengarkan ayat-ayat quran yang dikumandangkan oleh Rasulullah SAW. Ketika itulah, Mus’ab lupa akan kesenangan hidup di dunia, menemukan kunci kebahagiaan abadi.

                   Perjalanan Mus’ab dalam memeluk islam tidaklah mudah. Ibunya yang bernama Khunnas binti Maalik adalah penentang utama akan keyakinan barunya ini. Untuk menghindari pertengkaran, maka Mus’ab mula-mula tidak memberi tahu ibunya bahawa dia telah memeluk islam. Tetapi, melalui pembicaraan orang-orang yang sering melihat Mus’ab mengunjungi Daar Al-Arqam akhirnya ibunya pun mengetahui bahwa Mus’ab telah menjadi muslim. Ibunya yang terkenal sebagai seorang penyembah berhala yang kukuh memerintah Mus’ab untuk kembali ke agama berhala dan bertaubat, meninggalkan islam. Mus’ab menolak dan akhirnya dikunci di salah satu sudut rumah itu.

                      Berita bahwa kaum muslim hijrah ke Habsyah sampai ke telinga Mus’ab. Rindu akan bertemu dengan saudara-saudara seagamanya, Mus’ab pun melarikan diri dari ibunya dan penjaga-penjaganya, kemudian bergabung dengan muslimin yang pindah ke Habsyah. Tak lama kemudian, Mus’ab pulang ke Makkah untuk hijrah kedua kalinya bersama Rasulullah SAW ke Yasthrib. Ketika Mus’ab pulang dari Habsyah, Ibunya berusaha memenjarakan Mus’ab. Tetapi Mus’ab bersumpah akan membunuh siapa yang akan berusaha menangkap dan mempenjarakannya. Tahu akan keras dan teguhnya pendirian anaknya, Ibunya berikrar sambil bahwa Mus’ab tidak diakui lagi menjadi anaknya. 

“Pergi, kamu bukan anakku lagi.” Pada saat itu Mus’ab berkata pada ibunya,
“Oh Ibu, aku ingin menasihatimu dan sesungguhnya hatiku menyayangimu, ibu bersaksilah bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusanNya.

Dengan muka merah padam ibunya bersumpah “Demi bintang-bintang, aku tak akan pernah masuk ke dalam agamaku, merendahkan martabatku dan dan melemahkan fikiranku!”
Mus’ab memasuki Islam dengan sebenar-benarnya, mengikuti firman Allah dalam Al-quran yang berbunyi:

Udkhuluu fi silmi kaafah (Masukilah islam dengan sempurna/kaffah). 

Tiada lagi kemewahan pada dirinya, bajunya sederhana, makanan seadanya, dan tanah adalah tempat tidurnya. Suatu hari, Mus’ab pergi untuk bertemu beberapa muslim. Ketika itu mereka sedang duduk bersama Nabi SAW. Ketika mereka melihat Mus’ab, mereka menundukkan kepala sambil menangis diam-diam. Ingatan mereka kembali kepada seorang anak muda yang dulunya anak kesayangan sang ibu, dapat meminta apa saja keinginannya.Pakaian mewahnya dulu kini telah berganti dengan pakaian sederhana yang penuh tampalan, yang hampir saja tak mencukupi badannya. Ketika Mus’ab pergi meninggalkan majlis itu, Nabi SAW mengatakan: 

Aku lihat Mus’ab, dan sungguh tidak ada anak muda di Makkah yang lebih berpunya daripada ia. Tetapi semua kemewahan itu dia tinggalkan demi cintanya kepada Allah dan nabiNya.”

Melihat perilakunya yang baik dan kesabarannya yang tinggi, Nabi Muhammad SAW menyuruh Mus’ab untuk pergi ke Yastrib untuk mengunjungi orang-orang yang telah melakukan perjanjian kepada Nabi di Aqabah, menyebarkan Islam, dan mempersiapkan kota Yastrib untuk hijrah nabi Muhammad SAW. Padahal ketika itu masih banyak sahabat-sahabat lain yang mempunyai kekuatan dan keberanian. Tetapi, Nabi Muhammad SAW tetap memilih Mus’ab untuk pergi ke Yastrib. Selama di Yastrib, Mus’ab tinggal sebagai tamu di rumah Sa’ad Ibn Zurarah dari suku Khazraj. Bersama-sama mereka mengunjungi penduduk Yathrib, menjelaskan ajaran tauhid dan melantunkan ayat-ayat suci Al Quran. Suatu ketika, Mus’ab dan Sa’ad duduk di sumur di daerah bani Zafar. Kemudian mereka didekati oleh Usayd Ibn Khudayr dengan muka merah padam dan tombak ditangan. Sa’ad berbisik kepada Mus’ab:
“Dialah pemimpin kaum ini. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah padanya.”
Mus’ab menjawab dengan tenang: “Jika dia mahu duduk, barulah aku akan berbicara dengannya.”
Usayd sangat marah kerana Mus’ab telah berhasil menyebarkan Islam dengan terus bertambahnya penduduk Yastrib yang memeluk Islam. Usayd berteriak: “Kenapa kamu berdua datang kepada kamu dan mempengaruhi kau yang lemah diantara kami? Jauhi kamu jika kamu masih ingin hidup.”
Mus’ab tersenyum dan berkata”Tidak maukah kamu duduk dan mendengarkan apa yang akan kami sampaikan? Jika kamu tidak menyukai apa yang akan
kami sampaikan, kami akan berhenti dan pergi”.
Usayd memutuskan untuk duduk dan mendengar apa yang Mus’ab ingin sampaikan.
Mus’ab mulai menerangkan mengenai Islam dan melantunkan sebagian dari Quran. Seketika ekspresi muka Usayd berubah. Kata pertama yang diucapkannya adalah: 

“Betapa indahnya ayat-ayat ini dan betapa benarnya kandungannya, bagaimana caranya memasuki agama ini?”

Mus’ab berkata: “Mandilah, bersihkan dirimu dan pakaianmu. Kemudian
ucapkanlah shahadat dan laksanakanlah shalat.” 

Usayd pun bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusanNya. Kemudian ia solat dua rakaat. Keislamaan Usayd inipun diikuti seorang pemimpin berpengaruh lainnya yaitu Sa’ad ibn Muaadh. Saat Nabi SAW hijrah, tidak satu rumah pun di Yastrib yang belum dikunjungi Mus’ab untuk menyampaikan islam. Pada hijrah berikutnya, Mus’ab membawa 70 orang muslim dari Yastrib untuk mengadakan perjanjian  dengan nabi Muhammad SAW.

                   Setelah pasukan muslimin menang pada perang Badar, kaum muslimin menangkap beberapa kaum kafir Makkah dan meminta tebusan akan mereka. Ketika Mus’ab melewati para tawanan ini, dia melihat abang kandungnya yang bernama Abu Aziz ibn Umayr. Mus’ab sama sekali tidak berusaha membebaskan abangnya, tetapi ia menyuruh agar abangnya itu diikat dengan erat sambil berkata: “Ibunya adalah seorang yang kaya dan akan memberi tebusan yang banyak, jagalah ia”. Ketika itu abangnya mengingatkan Mus’ab bahawa dia adalah abang kandungnya. Mus’ab menjawab : “Yang kuakui sebagai persaudaraan adalah persaudaraan dalam Islam, laki-laki ini adalah saudaraku, bukan kamu!”


 
~ Rijal dakwah harus belajar dari Mus'ab Ibn Umair ~


                    Ketika perang Uhud terjadi, Mus’ab dipilih untuk membawa panji bendera perang. Ketika pasukan pemanah meninggalkan bukit yang menjadi pengkalannya (melanggar perintah nabi), maka kaum kafir Makkah menyerang balik dan berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW yang ketika itu dilindungi oleh beberapa sahabat. Seketika ada sebuah teriakan yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat. Pada ketika itulah titik kemuliaan hidup Mus’ab mencapai puncak. Ibrahim ibn Muhammad, saudara dari keluarga ayahnya, berkata; Mus’ab ibn ‘Umair membawa panji bendera perang ketika perang Uhud. Disaat pasukan muslimin berpecah-belah, Dia berdiri dengan tegap sampai ketika ia bertemu Ibn Qaami’ah yang seorang panglima pasukan kafir Mekkah. Ibn Qaami’ah kemudiah memukul dan memotong tangan kanannya namun Mus’ab tetap dengan teguh memegang bendera dengan tangan kirinya sambil berkata “Dan sungguh Muhammad SAW itu adalah seorang nabi, dan Nabi-nabi telah meninggal sebelumku”. Kemudian Ibn Qaami’ah memutuskan tangan kiri Mus’ab. Mus’ab tetap menegakkan bendera perang dengan lengan atas dan dadanya sambil berkata “Dan sungguh Muhammad SAW itu adalah seorang nabi, dan Nabi-nabi telah meningal sebelumku”. Kemudian datang prajurit kafir ketiga yang menghujamkan tombaknya ke dada Mus’ab.

                       Setelah Perang Uhud berakhir, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kembali ke bukit Uhud untuk menguburkan syuhada-syuhada yang gugur, yang sebagian mayatnya sudah dirosakkan wanita-wanita quraisy yang mencuri barang mereka. Nabi Muhammad SAW berhenti sejenak ketika baginda melihat jenazah Mus’ab dan berkata: 

Diantara orang-orang yang beriman adalah mereka yang setia dengan janjinya dengan Allah. 

Kemudian Rasul SAW memandang ke jenazah-jenazah para syuhada dan berkata: Sesungguhnya nabi Allah ini bersaksi bahwa mereka adalah syuhada Allah pada hari Kebangkitan nanti. Ketika itu tidak cukup kain yang tersedia sebagai kain kafan untuk Mus’ab. Khabbab ibn Al-Arat menceritakan: Kami berhijrah mengikuti nabi hanya kerana Allah, maka akan kami terima balasannya dari Allah. Sebagian dari kami meninggal tanpa menikmati balasan apapun di dunia ini. dan salah satunya adalah Mus’ab ibn Umair, yang terbunuh pada perang Uhud. Dia tidak meninggalkan apa-apa kecuali sebuah kain wool yang sudah cabik. Jika kami tutupi kakinya dengan kain ini, maka kepalanya tidak tertutupi. Rasulullah SAW kemudian menyuruh kami menutupi kepalanya dengan kain tersebut dan menaruh rumput di atas kakinya.

                 Ingatan tentang Mus’ab dalam kuburnyalah yang menyebabkan sahabat seperti Abdul Rahmaan ibn Auf untuk menangis kerana takut tidak mendapat bahagiannya di hari akhirat kerana telah mendapat banyak nikmat dan kemudahan di dunia ini. Suatu ketika, pembantunya membawakan makanan untuk berbuka puasa dan Ibn Auf menangis, mengingati Mus’ab yagn sudah meninggal tanpa dapat merasakan nikmat dunia, melainkan mendapatkan kenikmatan abadi di Alam Baqa'.

Saturday, March 19, 2011

Pesan Buatmu, Wanita Yang Risau

Bismillah walhamdulillah...
Maha Suci Allah, Rabb Pencipta Sekelian Alam
Yang Punya Kuasa Membolak- balikkan Hati-hati hambaNya...
Yang Memimpin HambaNya saat tersungkur di sepanjang kembara perjalanan
Yang Menyimbah Cahaya dan Sinar Indahnya Iman dan Taqwa buat hambaNya yang lemah dan hina..
Dan Yang berjanji Mengangkat Martabat hamba-hambaNya yang beriman

Terlalu lama tidak mencoret kata. Sempat juga berhabuk dan bersawang blog usang hamba ini. Bermacam-macam juga peristiwa yang sempat menyinggah di sepanjang kembara hamba berkelana di alam fana ini. Ada suka, duka, manis, dan kekadang terjatuh dan tersungkur. Semangat anak muda.. itu yang pasti.. Namun itulah rencam kehidupan. Harus hamba depani lantaran aturan dariNya begitu. Sang Pencipta mahu menguji iman dan taqwa si hamba, yang siap berjanji sejak dari alam ruh lagi. Maka hamba harus senantiasa sedar akan hakikat itu. Hati-hati dalam melangkah lantaran Saidina Umar r.a. pernah bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubai bin Ka'ab r.a. makna taqwa. Lalu Ubai bertanya kepada Umar : 

"Adakah engkau pernah melalui satu jalan yang berduri? Jawab Umar:  "Ya". Tanya Ubai lagi: "Apakah yang kamu lakukan untuk melalui jalan  tersebut?". Jawab Umar : "Aku melangkah dengan waspada dan berhati-hati". Balas Ubai : "Itulah yang dikatakan taqwa". 

Syukur tidak terhingga hamba diberi dengan seizinNya menikmati nikmat ukhuwwah dan indahnya kembara ini dalam lingkungan tautan hati yang sama-sama beriringan melangkah menuju satu matlamat. Semoga kita semua dalam redha Allah sentiasa ..

Sekadar mahu berkongsi, tentang kerisauan. Khususnya buat wanita yang memang fitrahnya seorang yang detail dan suka berfikir hatta sekecil-kecil perkara, lantas menimbulkan kerisauan... 


RISAU ITU...


Ada 4 jenis kerisauan wanita.


Risau pada sepi dan kesepian.

Iaitu risau keseorangan . Risau tidak berteman dan tidak punya pasangan hidup.Risau hidup bersendirian.

Sepi itu indah? Bila ia dilafazkan, anda boleh fahami makna terbalik dari ungkapan ini. Ia tidak indah tapi keadaan menjadikan dirinya kesepian dan dia malas untuk memikirkan perkara yang boleh menyebabkan hatinya terluka kembali. Maka dia cuba untuk menikmati kesepian itu.

Cubalah!, Hilangkanlah kesepian itu dengan alunan pengabdian. Lihatlah Nabi Yunus ketika berada kesepian di dalam perut ikan Nun. Ia merintih pada tuhannya dengan lafaz :

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Pasti segala kerisauan hati hilang sedikit demi sedikit. Lebih-lebih lagi ketika waktu uzur. Bacalah selepas maghrib 500 kali samada dengan lidah atau dibaca dalam hati.Akan terbit rasa indah dan terhibur.Atau perdengarkan kalam Allah dengan lidah kita. Biar Allah pula hiburkan hati yang lara.



Risau pada paras rupa yang tidak cantik dan kurang menarik.

Setiap orang ada jodohnya. Mungkin jodohnya di dunia ini atau sudah termaktub bahawa jodohnya di akhirat kelak. Ini adalah kerana jodoh wanita yang tidak kesampaian di dunia yang fana ini akan diperisterikan oleh Ahli Syurga nanti.Dunia yang sementara ini tempohnya hanya beberapa kelipan mata dibandingkan dengan lamanya hidup di akhirat yang tiada nokhtah.

Keindahan seseorang pada zahirnya bergantung pada paras rupa. Tapi disebalik paras rupa itu ada manisnya dan daya penarik. Ada manusia yang zahirkan daya penarik ini dengan ilmu sesat dan dampingan syaitan. Ini tidak kekal dan akan menjadi sumpahan pada masa hadapannya kelak.

Bagi yang mengekalkan wuduk dan rajin qiamullail ada cahaya indah dipancarkan dari wajahnya. Apatah lagi yang mengekalkan kalimah tauhid di mulutnya. Hafiz Ibnu Qayyim ra.a seorang ulama hadis yang terkenal telah mencatat 100 hadis tentang kelebihan Ucapan لا إله إلا الله antaranya ialah Nabi pernah bersabda :

"Zikir adalah cahaya hati dan wajah"




Risau pada pergantungan hidupnya.

Takut hidupnya dipersiakan. Takut tidak dihiraukan. Takut dirinya digandingkan dengan madu. Takut ditukar kasih sayangnya. Sebab itu ramai wanita berkerjaya. Demi menjamin masa depannya. Takut sesuatu yang seringkali berlaku dalam rumahtangga.

Lelaki memang pantang ada peluang. Pantang punya kemampuan. Pantas dan nekad membuat keputusan tanpa memikir jauh. Jadi kaum hawa memerlukan pergantungan diri sendiri. Wang dikumpul. Mahu juga kereta sendiri. Mahu pula rumah atas namanya.Banyak sungguh persediaan.

Khaulah binti Hakim datang berjumpa dengan Nabi mengadu nasibnya yang dibuang oleh suami setelah melahirkan anak-anak yang ramai dan mengabdikan diri untuk suami. Namun setelah berusia ia talak oleh suaminya dengan lafaz zihar. Maka bukan sahaja Nabi yang mendengar luahan wanita itu tapi Allah lebih pantas menurunkan ayat untuk menyambut aduan hambannya itu.

Oleh itu jangan lupa berselawat bila ada kerisauan ini. Rajin-rajinkan lidah untuk berselawat.Bayangkan Nabi berada di hadapan kita ketika berselawat. Dan Sambil itu adukan saja permasalahan kita.



Risau tidak punya zuriat.

Tak kawin satu masalah. Bila dah kawin risau pula tidak ada zuriat. Zuriat adalah benteng utuh untuk mempertahankan rumahtangga. Bila tiada zuriat maka macam-macam kerisauan yang lain mula timbul. Cubalah lafazkan doa Nabi Zakaria yang telah tua tapi masih tidak punya zuriat iaitu :

رَبِّ لاَ َتذَرْنِي فـَرْداً وَأَنْتَ خَيْرُ الوَاِر ِثِيْن
Anbiya : 89


Jadikan ia ucapan doa pada setiap kali sujud dalam apa jua solat yang dilakukan...


~La Tahzan : Nikmatilah keindahan yang tak dijanjikan~